Yuk, ikuti kisah Edyes dalam perjalanannya mencari jawaban dari mimpi, harapan, dan laptop kebutuhannya di negeri Laptop.
Edyes adalah seorang pemuda yang tinggal di desa Gawai dan hidup seorang diri. Desa Gawai adalah adalah desa yang berada di antara 2 negeri, yakni negeri Laptop dan negeri Multi Medya. Meski ditengah-tengah, namun jarak sebenarnya antara negeri Laptop, desa Gawai, dan negeri Multi Medya sangat lah berjauhan. Dibatasi oleh hutan, sungai, bukit dan lembah. Dari kehidupannya sehari-hari, Edyes sering menyaksikan, mendengar, dan berbicara langsung dengan orang-orang dewasa yang berlalu-lalang ketika akan pergi dan pulang bekerja ke negeri Laptop dan Multi Medya. Kebetulan profesi kebanyakan orang-orang di desa Gawai dan sekitarnya adalah sebagai pekerja di kedua negeri, jadi sedikit banyaknya Edyes sudah mengerti dengan dunia laptop dan multimedia. Faktor lingkungan tersebut, juga membuat Edyes bercita-cita ingin menjadi content creator dan suatu saat menjanjikan dirinya akan bekerja di negeri Mullti Medya.
Bukan hanya karena berada dilingkungan negeri Multi Medya, Edyes juga seorang pemuda yang sangat senang menggambar dan membuat berbagai ilustrasi tentang kehidupan dan mimpinya. Jika seandainya semua gambar milik Edyes diolah secara digital oleh perangkat yang memadai, dapat dipastikan kalau Edyes akan menjadi seorang yang berpengaruh untuk kemajuan negeri Multi Medya. Hanya saja, seorang Edyes baru bisa menggambar dimedia kertas, meja, dinding, dan apapun yang bisa digambar di gubuk miliknya. Disisi lain, negeri Multi Medya adalah negeri yang penuh dengan nilai estetika. Mulai dari gedung, tata kelola, dan sarana prasarana, semuanya didesain dan direncanakan dengan sangat baik. Namun beberapa tahun terakhir, negeri Multi Medya lebih terkenal dengan sebutan negeri gaming. Hal tersebut karena banyaknya peminat, creator, dan developer gaming yang ada di negeri Multi Medya. Sebenarnya di negeri Multi Medya juga baik dalam kategori desain dan visual. Tetapi, karena ladang pekerjaan dunia gaming juga merangkap dunia desain dan visual, maka banyak kemudian penduduk negeri Multi Medya dan sekitarnya lebih tertarik untuk menjadi bagian dari produksi dan konsumsi gaming itu sendiri.
Keterbukaan peluang serta keterbatasan dirinya inilah yang semakin menguatkan impian Edyes, bahwa suatu saat ia harus bisa menggambar dan bekerja di negeri Multi Medya sebagai seorang animator atau content creator dengan alat gambar yang mumpuni, misal dengan sebuah media gambar berupa laptop yang mumpuni dari negeri Laptop. Ia harus menjadi seorang pemuda yang berani melampaui batas dan menginspirasi semua warga dan pemuda yang ada di desa Gawai. Meskipun tinggal di perkampungan dan berada jauh dari negeri yang penuh dengan teknologi, namun Edyes yakin bahwa semua orang memiliki kesempatan yang sama, hanya saja pemanfaatan atas peluang itu saja yang berbeda.
Suatu malam, sebelum tidur, ditemani lampu minyak dan ketenangan malam pedesaan, Edyes kembali duduk menggambarkan, berkhayal, dan memikirkan bagaimana caranya agar cita-cita dan mimpinya segera terwujud. Halangan terbesar yang dimiliki Edyes bersumber dari faktor terbesar yang mendukung pekerjaan impiannya itu sendiri, yaitu laptop sebagai media olah gambar digital. Edyes masih bingung, akankah ada saatnya dalam waktu dekat ia bisa datang ke negeri Laptop kemudian boleh memilih laptop yang sesuai dengan kebutuhan hobi pekerjaan impiannya untuk dibawa pulang.
Kekacauan pikiran dan asyiknya melamun, membuat Edyes tertidur di atas kertas gambarnya. Dalam tidurnya Edyes bermimpi, ia melihat seorang nenek yang tersenyum tulus dan bahagia yang juga sedang melihat dirinya, sekitar 10 meter. Edyes bingung, mengapa tiba-tiba nenek itu muncul dan mengapa harus melihat ke arahnya. Edyes coba mengamati sekelilingnya, ia mendapati dirinya berada di sekeliling gambar-gambar yang pernah ia buat selama ini. Dari kondisi ini, Edyes dapat mengerti mengapa nenek tersebut tersenyum ke arahnya. Edyes kembali memutar arah untuk melihat nenek itu lagi, tapi seiring putaran badannya tiba-tiba tiupan angin menghembuskan semua lembaran gambarnya. Hembusan angin dan gelombang kertas mengarah tepat kepada nenek itu, spontan Edyes berlari untuk menyelamatkan nenek tersebut. Ketika hampir memegang lengan nenek itu, kertas-kertas gambar tersebut semakin mengerubungi dan menghantam si nenek. Edyes berhasil memegang pergelangan tangan nenek, tapi tiba tiba angin berhenti, kertas-kertas berhamburan di tanah, dan nenek yang tadi bahkan sudah dipegangnya, sekarang tidak ada lagi. Edyes makin bingung, keningnya semakin mengkerut ketika mendapati gulungan kertas ditangan kanannya, tangan yang tadi memegang lengan orang tua itu.
Apa yang membuat Edyes semakin bingung adalah isi dari gulungan kertas tersebut. Awalnya ia mengira gulungan tersebut hanya lembaran kertas dengan pesan atau tulisan biasa. Tetapi gulungan kertas tersebut bertuliskan 3 kata yang sama sekali ia tidak mengerti, “VivoBook Pro F570”. Sambil berpikir dan garuk-garuk kepala, Edyes memutar badan dan melangkah pergi. Edyes menghentikan langkahnya karena terantuk benda keras, Edyes membuka mata, ternyata sekarang ia menghadap dinding rumahnya dan segera menyadari bahwa semua peristiwa yang ia alami tadi hanyalah sebuah mimpi. Edyes berbalik arah, lalu merapihkan semua buku dan peralatan gambarnya. Begitu selesai Edyes langsung beralih ke dipan tempat tidurnya. Ia masih ingat, dan masih saja berpikir keras tentang “VivoBook Pro F570” yang ada didalam mimpinya, hingga akhirnya terlelap kembali.
Melupakan mimpinya semalam, pagi ini Edyes ingin sekali menuntaskan rasa keingintahuan tentang dunia gaming, desain grafis atau visual, dan juga tentang negeri Laptop dan Multi Medya. Ia memiliki tetangga yang beberapa tahun lebih tua darinya. Tetangganya tersebut bernama Thomas, dan Thomas banyak mengetahui tentang negeri laptop dan negeri Multi Medya atau negeri gaming. Ya, karena Thomas sudah lama bekerja di kedua negeri teknologi itu sebagai seorang yang mengurusi, membeli, dan mengganti kebutuhan laptop di negeri Multi Medya. Pagi ini Edyes akan bertamu kerumah Thomas untuk mengulik pengalaman dan pengetahuan tetangganya itu, barangkali ada yang bisa ia jadikan bekal untuk bekerja di negeri impiannya itu. Meski masih agak pagi, embun masih menyelimuti semua benda yang ada di desa Gawai, Edyes harus bergegas sebelum Thomas berangkat kerja. Lagipula jarak antara rumahnya dengan rumah Thomas lumayan jauh, dan seorang Edyes tentu saja hanya berjalan kaki kemanapun ia pergi.
Seiring jauh gerak langkah kakinya, embun juga mulai mencair dan semesta mulai menampakkan wajah paginya, dan Edyes merasa lega karena ia melihat pintu rumah Thomas masih terbuka. Ia semakin mempercepat langkahnya agar segera bertemu dan tidak banyak membuang waktu Thomas. Begitu disambut dan dipersilahkan masuk, Thomas sambil siap-siap menanyakan maksud kedatangan Edyes sepagi ini. Tentu saja, Edyes menjawab dengan bersemangat. Ketika Thomas lalu lalang pindah ruang saat bersiap-siap, sambil tetap menyahut pembicaraan Thomas, Edyes melihat secarik kertas di atas meja yang bertuliskan “VivoBook Pro F570” 3 kata itu tentu saja merangsang otaknya akan mimpinya semalam. Sontak, Edyes kaget, mengambil kertas tersebut, dan memburu pertanyaan kepada Thomas. Ternyata “VivoBook Pro F570” adalah nama belakang dari sebuah merek laptop di negeri Laptop. Tapi, Thomas juga tidak pasti merknya apa, karena perangkat tersebut baru datang di negeri Laptop, sementara ia belum pergi ke negeri Laptop setelah 2 Minggu sebelumnya. Mendahului Thomas, Edyes pamit pulang dan mengucapkan terimakasih kepada Thomas.
Sesampainya di rumah, Edyes segera menyusun waktu dan rencana untuk mengunjungi negeri laptop. Semuanya harus dipikirkan dan direncanakan, karena perjalanan Edyes akan lebih lama, sebab ia hanya akan berjalan kaki. Edyes harus menyiapkan bekal, tenda, dan keperluan lainnya untuk sampai ke negeri Laptop. Catatan terpentingnya adalah, mencari laptop yang mengkombinasikan antara desain dan gaming. Edyes ingin kombinasi laptop yang tidak biasa untuk hal-hal luar biasa. Karena pekerjaan impiannya memang dari 2 unsur tersebut. Tapi, tetap saja, Edyes ingin sekali mengetahui maksud dari kertas yang ada di mimpinya dan dirumah Thomas. Yang pasti Edyes sangat antusias, Edyes yakin kalau mimpinya itu bukan suatu kebetulan, dan “VivoBook Pro F570”, juga bukanlah nama yang sembarangan. Setelah makan siang dan istirahat, Edyes kembali mengecek semua keperluannya sebelum benar-benar meninggalkan rumah. Begitu istirahat dirasa cukup, Edyes bergegas, menutup pintu, berdoa, dan melangkah mantap untuk berburu informasi senjata rahasianya di negeri Laptop.
Perjalanan Edyes tidak terlalu melelahkan karena ia masih menempuh beberapa perkampungan dan hutan-hutan yang asri. Nanti, setelah beberapa kilo lagi baru mungkin ia akan kewalahan karena harus menaiki bukit dan menuruni lembah. Ketika asyik menikmati setiap langkah dan hal-hal yang mengisi pikirannya, Edyes harus menghentikan langkah dan pikirannya. Bukan karena kemauannya, ataupun karena adanya bahaya atau binatang buas yang menghadang. Ada seorang perempuan tua yang tergeletak di samping gerobaknya tepat 12 langkah dari Edyes berhenti.
Setelah sadar dengan situasi tersebut, Edyes segera berlari kecil untuk membantu nenek tersebut. Nenek tersebut masih dalam kondisi sadar, tapi nafasnya tersengal, tentu saja dengan kondisi lemah. Setelah mendapatkan sedikit jawaban dan kesepakatan dari nenek, Edyes membopong nenek itu ke dalam gerobak yang berisi rerumputan milik nenek. Dengan tetap hati-hati Edyes mendorong gerobak sedikit lebih laju, ia khawatir kondisi nenek bisa makin parah, lagipula hari sudah sore dan cuaca malam tentu tidak baik untuk kesehatan nenek tersebut. Dengan suara dan gerak yang lemah nenek membantu Edyes menuju rumahnya, sudah banyak belokan dan jalan kecil yang sudah dilewati. Edyes menyadari kalau jalan tersebut bukan lagi jalan menuju negeri Laptop, tapi ia jauh lebih menyadari bahwa menolong nenek ini sampai rumahnya sebelum malam jauh lebih penting. Nenek memberi pertanda kepada Edyes bahwa rumahnya sudah dekat, Edyes kembali mempercepat gerobaknya. Setelah sampai, begitu selesai membuka pintu Edyes kembali membopong nenek masuk kedalam rumah.
Orang tua tersebut sekarang sedang tidur setelah Edyes membaringkan dan memberikan obat sesuai dengan permintaan nenek tersebut. Khawatir akan mengganggu, dengan langkah pelan Edyes keluar dari kamar tersebut menuju pintu. Hari sudah mulai semakin sore, Edyes berpikiran sebaiknya perjalanan dihentikan dulu, lagi pula selain akan gelap, dia ingat bahwa rute jalannya sudah berbeda dari awal tadi. Ia berjalan ke arah gerobak lalu melihat sekeliling pekarangan untuk mencari tempat dimana gerobak rumput ini akan diletakkan. Ada sebuah kandang ternak di belakang kanan rumah nenek, setelah meletakkannya, Edyes kembali duduk sambil mengatur ulang waktu dan rencana awalnya.
Poin demi poin pada kertas rencana itu sudah bertukar tempat dan berubah jadwal, Edyes kembali mengecek untuk kemungkinan ada yang lupa dituliskan. Edyes ditawari teh hangat oleh seseorang dan menanyakan kesibukannya. Edyes menjawab sekadarnya, sesaat kemudian ia menoleh dan kaget. Orang yang duduk di depannya, perempuan tua yang menawarkan teh hangat tersebut adalah orang tadi yang baru saja dalam kondisi tidak sehat. Setelah mendapatkan penjelasan dari nenek bahwa kejadian itu sudah biasa menimpa dirinya, Edyes mengangguk pelan dan dapat mengerti. Setelah mengucapkan terima kasih, sang nenek menanyakan kehendak Edyes karena ia melihat tas perbekalan Edyes. Setelah mendengar cerita panjang lebar akan niat Edyes sang nenek kemudian masuk kedalam, lalu kembali dengan membawa bungkusan dari kain, namun lebih kecil dari tas bekal Edyes.
Nenek menyuruh Edyes agar segera meneruskan perjalanan, karena sebentar lagi malam pasti akan datang. Edyes bingung, ia mau saja meneruskan perjalanan, hanya saja ia masih khawatir akan kondisi nenek dan lagi pula ia sama sekali tidak ingat rute jalan yang tadi mereka lewati. Setelah meyakinkan Edyes, nenek kebelakang dan kembali dengan seekor Pegasus. Dengan Pegasus tersebut nenek berharap bisa membantu Edyes untuk mempersingkat perjalanannya menuju negeri Laptop. Edyes kemudian pamit dan mohon doa kepada nenek, tak lupa ia meminta kepada nenek agar istirahat dan ketika pulang nanti Edyes akan mengembalikan Pegasus milik nenek. Edyes lalu berpamitan dan meninggalkan rumah nenek. Setengah perjalanan, Edyes baru menyadari bahwa ia tidak asing dengan wajah orang tua tadi. Ya, dia adalah nenek yang ada di dalam mimpinya. Meski masih tidak mengerti, Edyes tetap melanjutkan perjalanannya.
Karena dibantu Pegasus, perjalanan Edyes bahkan menjadi sangat singkat. Ia bisa melakukan beberapa kegiatan lebih cepat dari jadwal awalnya. Sekarang dari udara, Edyes bisa melihat negeri Laptop yang canggih dan keren dari jauh. Ia sangat senang dan begitu terpukau dengan pemandangan negeri Laptop. Bisa melihat berbagai jenis dan ukuran laptop dari dekat, dari bawah hingga ke atas, di sela sela semua gedung laptop dengan bantuan Pegasus. Setelah berkeliling sampai agak ke tengah, Edyes memperlambat gerakan Pegasus karena ia melihat sebuah laptop yang menarik hatinya. Gedung laptop itu berbeda dari laptop lainnya, kelihatan gagah dengan warna dark grey, dinamis dengan lis warna lighting blue di tepiannya, dan terkesan tegas dengan tekstur reaper black dengan garis berlawanan di sekujur gedung laptop itu. Entah kenapa, Edyes merasa memiliki ikatan dengan laptop tersebut. Segera ia turunkan Pegasus dan diikatnya, begitu turun dari Pegasus Edyes semakin tertarik saja dengan laptop ini karena ia kini benar-benar dekat. Edyes semakin senang karena ternyata laptop ini memiliki kesamaan nama dengan nama tunggangannya, ASUS dan Pegasus.
Melepas ketakjubannya, Edyes kembali mengecek kertas rencananya. Dari catatan rencana tersebut, sore ini sebelum senja Edyes masih bisa mengulik informasi tentang desain dan fisik gedung laptop ini. Edyes mulai berjalan dan menulis semua penilaiannya terhadap laptop ini di selembar kertas kosong. Ia memulai dari tempat ia mengikat Pegasusnya, tepat di belakang gedung laptop ASUS. Edyes begitu terpukau dengan pemilihan warna dan aksen biru pada laptop ini, karena rata-rata gedung laptop lain di negeri laptop warnanya sama semua. Tetapi pada Laptop ini ASUS membuatnya berbeda, begitu fashionist dan eye catching, mampu memikat mata seluruh pengunjung negeri laptop. Garis biru di sekeliling gedung dan logo ASUS yang berwarna lighting blue begitu sepadan. Bergeser ke sisi samping kanan, Edyes kaget bukan kepalang, karena kecanggihan negeri Laptop, pada bagian depan gedung ASUS ini terdapat kaca yang besar yang memuat informasi tentang gedung tersebut. Tertulis jelas di sana ASUS VivoBook Pro F570, Edyes melangkah semakin dekat. Ia masih tidak percaya dengan semua kemudahan atau kebetulan yang membimbingnya sampai sejauh ini. Ternyata ini jawaban dari mimpinya, ini adalah perangkat yang harus ia miliki untuk bisa bekerja optimal di negeri Multi Medya. Bahkan, tadi sebelum mengetahui nama laptop ini, Edyes memang sudah jatuh hati dan lupa akan pencariannya tentang laptop yang mengkombinasikan antara beberapa item, Seperti desain dan gaming sesuai pekerjaan impiannya.
Edyes coba mendekat dan meraba permukaan laptop tersebut, lagi lagi ia terpana. Ada kesan tegas dan kokoh dari tekstur reaper black yang didesain ASUS. Edyes juga berpikiran bahwa laptop ini memang sangat cocok dipakai untuk bekerja sebagai seorang desainer, animator, atau pekerjaan yang menjunjung nilai desain lainnya. Apalagi sudut-sudut laptop ASUS VivoBook Pro F570 didesain dengan tajam sesuai karakter pegiat gaming. Dari informasi di layar, Edyes mengetahui bahwa desain seri VivoBook Pro F570 ini kombinasi yang spesial. Bobot dan ukurannya dari seri VivoBook, namun untuk jeroan dan desainnya lebih ke seri TUF Gaming.
Edyes tak boleh lengah, ia buru-buru bergerak dan menulis kembali yang ia temukan di bagian kanan laptop ASUS VivoBook Pro F570, seperti port DC in charger, RJ45 LAN, HDMI, USB 3.0, USB 3.1, USB type C, dan micro SD reader. . Berpindah ke sisi depan, sekarang Edyes bertatapan langsung dengan layar ASUS VivoBook Pro F570. Ingin melihat lebih jelas, Edyes mencoba menaiki laptop tersebut. Dengan mudahnya Edyes bisa menggapai bagian touchpad dan keypad laptop ASUS VivoBook Pro F570. Edyes berpendapat bahwa laptop ini pasti ramping dan ringan, karena dengan satu langkah saja ia bisa menggapai bagian atas. Sementara kalau dilihat lingkungan sekitar ada beberapa laptop yang jauh lebih tinggi dari ASUS VivoBook Pro F570 dan pasti juga menambah bobot dari laptop tersebut.
Lagi-lagi Edyes terpana dengan kehebatan negeri laptop, tiba-tiba layar menyala menampilkan beberapa informasi penting layaknya customer service. Layar menginstruksikan agar Edyes menempatkan kakinya di kolom persegi yang ada di pojok kanan atas touchpad, Edyes mencoba dan tersanjung setelahnya. Ada kalimat “Hello, Wellcome Edyes, you are the password” yang seakan menyambut kedatangannya selama ini. Belakangan ia tahu, kalau kolom tersebut adalah pengaman dari laptop tersebut, hanya yang terdaftar yang bisa mengetahui informasi laptop lebih jauh lagi. Sesaat kemudian tulisan tersebut berganti dengan informasi tentang hari apa saja gedung laptop tersebut itu aktif dan apa saja yang bisa ditampilkan setiap harinya. Edyes harus segera mencatat semua informasi tersebut sebelum berganti lagi.
Maju beberapa langkah ke depan, Edyes menemukan keypad yang tersusun rapi dan tidak terlalu tinggi. Jadi, dengan mudahnya Edyes bisa menaiki dan berpindah dari tombol satu ke tombol lainnya dengan mudah. Edyes merasa nyaman dengan penempatan tombol ini, tidak terlalu rapat tapi masih tersedia number pad di bagian kanannya. Edyes juga menemukan lubang udara yang berbentuk garis di atas tombol-tombol. Karena berpindah tombol, Edyes kini berada di dekat dua buah stiker yang berwarna hijau dan hitam berpadu kemerahan. Ia tidak terlalu mengerti dengan kedua logo tersebut, tapi tetap tidak luput dari catatannya.
Untuk turun kembali ke sisi kiri, Edyes tinggal melompat karena laptop ini didesain tidak terlalu tipis dan jauh dari kata tebal. Di Bagian kiri, ia menemukan beberapa port seperti port USB 2.0 dan lubang Jack Audio.. Kini ia kembali ke belakang dan sudah menemui Pegasusnya lagi. Sebelum benar-benar pergi, sejajar dengan kakinya, Edyes menemukan sejenis lubang ventilasi udara, karena buru-buru ia tulis saja. Edyes melipat rapi kertas catatannya, menyimpan kedalam tas, dan segera menunggangi Pegasusnya sebelum benar-benar gelap. Sekarang ia harus mencari tempat untuk mendirikan tenda, tidak mungkin di negeri laptop, selain tempat yang susah, Pegasus milik nenek tentu perlu makan untuk perjalanan berikutnya. Jadilah, Edyes mengarahkan Pegasusnya ke salah satu bukit yang terdapat savana. Perjalanan mereka ditemani oleh cantiknya langit dan matahari senja.
Tenda sudah didirikan, Pegasus sudah di ikat di padang savana yang tidak jauh dari tendanya, perapian juga sudah dihidupkan. Sebelum tidur, Edyes ingin menikmati malam di perbukitan. Ia menghadap ke arah negeri laptop yang berkilauan cahaya dengan kertas catatan tetap di tangannya. Ia ingin mengecek kembali apa saja informasi yang ia dapatkan dari perjalanan hari ini. Sebelum menuntaskan bacaan, Edyes kembali melihat ke arah negeri laptop. Ia berusaha membesarkan pupil matanya. Meski jauh, ia masih bisa melihat dengan jelas ada satu laptop di negeri Laptop yang masih saja mencuri perhatian. Dilihat dari warna dan bentuknya, Edyes menyadari laptop tersebut adalah ASUS VivoBook Pro F570. Yang membuat Edyes terpukau, meski semua laptop di negeri laptop bercahaya pada malam hari, namun ASUS VivoBook Pro F570 tetap memiliki daya tarik tersendiri. Warna gelapnya seakan ditelan oleh malam, tetapi lis warna biru terang yang seakan mengalungi lehernya, membuat ASUS VivoBook Pro F570 bermandikan pantulan cahaya dari laptop lainnya. Pantulan cahaya juga membuat motif dan tekstur reaper black terlihat. Efeknya membuat laptop ini kelihatan paling keren di negeri Laptop. Fenomena tersebut tak luput dari catatan Edyes, iya juga menambahkan di akhir tulisan, satu hal yang hanya dimiliki gedung laptop ASUS VivoBook Pro F570, yaitu tombol-tombol keypadnya yang menyala berwarna putih dengan 3 tingkatan kecerahan yang bergantian.
Baru satu hari, dan yang tercatat baru pada bagian desain dan warnanya, Edyes sudah sangat terpukau dengan perpaduan bahan, warna, dan tekstur ASUS VivoBook Pro F570. Ia benar-benar tidak sabar untuk kejutan dan kehebatan dari laptop impiannya yang misterius ini. Mungkin tidak hanya perpaduan CPU AMD dan GPU Nvidia-nya yang tidak biasa, perpaduan antara desain VivoBook dan TUF Gaming series juga ada pada satu laptop ini. Edyes masuk tenda untuk istirahat supaya esok tidak kesiangan.
Pagi menjelang, sebelum benar-benar membuka matanya, Edyes heran mengapa ada suara berbagai musik dengan tingkatan nada yang berbeda-beda. Dengan perlahan, Edyes berjalan kedepan untuk mencari jawaban. Ternyata sumber suara berasal dari negeri Laptop, jika biasanya di desa Gawai ia hanya mendengar ayam berkokok saat fajar, ternyata di negeri Laptop kokok ayam tergantikan oleh speaker dari masing-masing laptop. Edyes bisa mendengar semua suara secara keseluruhan, tapi ada satu suara alunan musik yang paling jelas yang bisa ia dengar. Edyes tidak dapat memastikan dari laptop mana suara itu berasal, karena memang sedikit jauh antara negeri Laptop dengan bukit tempatnya menginap. Edyes kembali ke tenda untuk menyiapkan keperluan hari ini. Ternyata alunan musik di negeri Laptop menemani aktivitas pagi penduduknya cukup lama, cukup untuk para pekerja sampai ke tempat kerja masing-masing.
Melihat Pegasusnya sudah tak sabar ingin terbang, Edyes buru-buru menutup pintu tenda dan memastikan api benar-benar padam. Selama diperjalanan, Edyes begitu bahagia dan bersemangat karena diiringi dengan berbagai musik. Sekarang Edyes benar-benar bisa dengan jelas mendengarkan suara yang tadi paling terdengar dari atas bukit. Ia mengarahkan Pegasusnya agar terbang mengikuti gelombang suara tersebut. Edyes seperti tidak asing dengan tempat tersebut, sesuai dengan dugaannya, suara yang terdengar jelas di bukit tadi berasal dari laptop ASUS VivoBook Pro F570. Edyes mengetahui dari jenis musik yang dikeluarkan speaker laptop perkasa tersebut. Edyes turun, mengikat Pegasusnya, dan mendekat ke arah laptop. Meski berada dekat tetapi suara musik masih nyaman dan tidak membuat sakit telinga. Suara alunan musik mulai mengecil dengan munculnya instruksi login di layar laptop. Edyes mengerti kalau laptop canggih ini mengetahui kedatangannya, ia segera naik dan berdiri di atas kolom fingerprint sensor ASUS VivoBook Pro F570. Edyes kagum dengan kecepatan dan ketepatan baca sensor pengaman sidik jari si F570.
Sebelum menginformasikan peta kegiatan hari ini, layar VivoBook Pro F570 memberikan informasi kepada Edyes tentang teknologi ASUS SonicMaster pada speaker ASUS VivoBook Pro F570. ASUS SonicMaster adalah teknologi speaker yang dikembangkan oleh ASUS Golden Ear Team. Selain hadir dengan fitur software tersebut, speaker ASUS VivoBook Pro F570 juga kuat karena berjenis stereo speaker. Alhasil, range frekuensinya lebih luas, Vocal terdengar lebih jelas, dan bass yang lebih dalam. Selain layar dan prosesornya, ini juga merupakan perpaduan dua sistem yang diberikan ASUS pada VivoBook Pro F570. Berikutnya, layar menginformasikan bahwa hari ini adalah waktunya untuk mengetahui informasi tentang layar ASUS VivoBook Pro F570, karena sejak tadi malam semua laptop di negeri laptop sudah dihidupkan.
Begitu informasi selesai ditampilkan, layar sekaligus menginformasikan kepada Edyes bahwa beberapa saat lagi, tepatnya pada tengah hari akan diadakan demo tampilan dan kemampuan dari layar ASUS VivoBook Pro F579 yang sudah ia tulis sebelumnya. Karena masih ada waktu luang, Edyes memilih keliling mengitari laptop-laptop lain yang tidak jauh dari ASUS VivoBook Pro F570. Ada beragam jenis dan kualitas layar yang ia temui. Ada yang kecil, besar, detail, buram, redup, bahkan hampir tidak dapat terlihat karena cahaya matahari.
Edyes kembali ketempat awal, tidak lama ia duduk, demo layar ASUS VivoBook Pro F570 pun dimulai. Pertama Edyes ditunjukkan bahwa meski sekarang dalam kondisi siang dengan cahaya yang sangat terang, layar ASUS VivoBook Pro F570 masih dapat dilihat dengan sangat baik. Hal tersebut berkat teknologi anti glare yang ditanamkan ASUS pada layar VivoBook Pro F570. Kemudian Edyes ditantang untuk berjalan mengitari ASUS VivoBook Pro F570 dari tempat ia berada dengan tujuan mengetahui bahwa layar VivoBook Pro F570 masih aman dilihat dari sudut manapun. Edyes merasa ada sesuatu yang beda antara ASUS VivoBook Pro F570 dengan laptop lainnya yang tadi ia lihat tadi. Meski sudah mengelilingi ASUS VivoBook Pro F570, Edyes tidak merasakan hawa panas pada keempat sisi laptop tersebut. Ternyata ASUS VivoBook Pro F570 dengan bijak menempatkan lubang penghisap dan pembuangan udara dibagian bawah dan atas laptop. Sehingga jari jemari tidak akan terasa panas ketika mengetik, maupun menggunakan mouse di sisi kanan laptop.
Demo berikutnya adalah ASUS mulai menampilkan gambar, video, film, dan game secara berurutan. Edyes tetap menyimak sambil mencatat, informasi yang ia dapatkan adalah layar ASUS VivoBook Pro F570 mendukung ASUS Splendid Technology. Sebuah teknologi yang dapat menyesuaikan kebutuhan tampilan warna pada layar sesuai dengan kebutuhan penggunanya. Baik untuk editing photography, editing video, menonton film, termasuk saat bermain dan bekerja secara profesional. ASUS menyadari bahwa setiap kebutuhan komputasi membutuhkan kondisi warna yang berbeda. Ada beberapa opsi yang dapat dipilih, seperti normal, eyecare, dan vivid. Terlepas dari kurang cocoknya dengan opsi yang tersedia, pengguna bisa menyesuaikan secara manual melalui ASUS Splendid Software Tunnel.
Layar ASUS VivoBook Pro F570 juga menginformasikan Edyes bahwa penampilan layar yang memukau seperti ini tidak hanya dari teknologi softwarenya saja, namun juga dari teknologi hardwarenya. Kombinasi antara CPU AMD Ryzen 5 atau 7 dengan Nvidia GeForce GTX 1050 membuat performa ASUS VivoBook Pro F570 cocok dijadikan sebagai senjata bagi Edyes yang akan bekerja di negeri Multi Medya. Bekerja sebagai seorang animator dan content creator mengharuskan Edyes memiliki laptop yang mampu menyesuaikan penggunaan layar dengan beragam kebutuhan multimedia penggunanya.
Informasi tambahan yang didapat Edyes terkait layar VivoBook Pro F570 adalah, layar ini juga dibenamkan fitur ASUS Tru2life untuk pengalaman yang lebih baik saat menonton video. Terakhir, layar ASUS VivoBook Pro F570 mengabarkan bahwa setelah sekian lamanya menonton demo hari ini, mata Edyes masih nyaman dan tidak lelah. Selain karena kecerahan dan ketajamannya baik, layar ASUS VivoBook Pro F570 juga sudah dilapisi dengan teknologi ASUS Eye Care Technologi yang mereduksi warna biru pada layar hingga 33%. Edyes benar-benar dimanjakan dengan layar ASUS VivoBook Pro F570, apalagi disaat demo penggunaan berbagai aplikasi multimedia dan video game. Ia benar-benar tak sabar ingin bekerja dengan laptop ini, laptop yang layarnya semakin baik karena perpaduan software dan hardware yang apik, serta perpaduan antara CPU AMD Ryzen 5 atau 7 dengan Nvidia GeForce GTX 1050 yang tidak lazim dan unik.
Edyes begitu dimanjakan hari ini, ia dibuat semakin takjub dengan ASUS VivoBook Pro F570, dan semakin yakin akan mimpinya untuk bekerja sebagai animator dan content creator di negeri Multi Medya. Kini saatnya ia pulang, setelah mengetahui hari besok ia akan mengetahui tentang hal yang membuat performa ASUS VivoBook Pro F570 ini memukau. Kegiatannya besok di negeri laptop adalah melihat jeroan yang ada di dalam ASUS VivoBook Pro F570.
Hari berikutnya, setelah login dan turun kembali, Edyes kembali menyiapkan catatannya untuk menuliskan informasi yang akan ia dapatkan hari ini. Informasi ini adalah informasi yang paling penting menurutnya. Ya, karena tujuannya ke negeri Laptop adalah untuk mencari laptop yang bisa dipakai untuk berbagai kebutuhan multimedia, namun juga dipakai sebagai laptop sehari-hari. Selain itu perpaduan yang kuat dari CPU dan GPU ASUS VivoBook Pro F570 adalah senjata paling ampuh ketika ia akan menjadi animator dan content creator di negeri Multi Medya.
Edyes kembali duduk di tempat ia duduk kemarin, namun ternyata hari ini layar tidak lagi sepenuhnya menginformasikan tentang dalaman ASUS VivoBook Pro F570, hanya diawal saja. Setelah layar kembali mati, tiba tiba keluar 5 orang pekerja dari pihak ASUS. 4 diantaranya mengambil posisi masing-masing di setiap sudut laptop, lengkap dengan peralatan masing-masing. Sedangkan yang 1 lagi mendekati lalu mengajak Edyes berdiri untuk berbincang-bincang terkait perpaduan unik ASUS VivoBook Pro F570 yang berhasil memadukan antara CPU AMD Ryzen 5 atau 7 dengan Nvidia GeForce GTX 1050.
4 pekerja tersebut mulai membuka dan mengangkat case bagian keypad, sehingga bagian dalam ASUS VivoBook Pro F570 dapat dilihat dengan gamblang oleh Edyes. Tour guide tersebut menyampaikan kepada Edyes bahwa ini pertama kalinya ASUS mengkombinasikan antara CPU dari AMD dan GPU dari Nvidia. Jika biasanya CPU AMD juga dipasangkan dengan grafis dari AMD, dan grafis Nvidia biasanya dipadukan dengan processor Intel pada beberapa produknya, maka tidak dengan ASUS VivoBook Pro F570. Edyes juga diinformasikan, perpaduan ini bukan tanpa sebab. Baik CPU dari AMD maupun GPU dari Nvidia, keduanya memiliki tupoksi masing-masing. Processor AMD Ryzen Mobile hadir dengan teknologi AMD SenseMI yang memiliki kecerdasan tingkat prosesor yang menyesuaikan beban kerja dengan kebutuhan dan kebiasaan penggunanya.
Dalam bahasa lain, dengan prosesor AMD Ryzen 5 atau 7, Edyes dapat menggunakan laptopnya dengan efisien. Seperti jika digunakan ketika menggambar, membuat animasi, video atau main game, semuanya bisa dilakukan dengan satu laptop saja ketika bekerja nanti di negeri Multi Medya. Sedangkan keberadaan GPU Nvidia GeForce dipilih agar performa ASUS VivoBook Pro F570 semakin optimal. Jika biasanya performa seperti itu hanya didapatkan pada PC desktop yang berukuran lebih besar dan berat. Kini dengan dipadukan Nvidia GeForce GTX 1050 dengan AMD Ryzen 5 atau 7, Edyes bisa menikmati pekerjaannya dengan lebih mudah. Karena GPU Nvidia GeForce hadir dalam bentuk ASUS VivoBook Pro F570 yang ringan, ramping, dan tampilan gahar khas gaming. Ternyata kedua logo yang ia lihat sebelumnya adalah logo dari kedua senjata ASUS VivoBook Pro F570 ini.
Edyes benar-benar tidak sabar ingin segera menggambar dan bekerja sebagai content creator menggunakan ASUS VivoBook Pro F570. Ia sudah bisa membayangkan bagaimana ia boleh bekerja tanpa batas, kapanpun, dimanapun, karena memang laptop ini dirancang untuk mobilitas, tetapi tetap menomorsatukan performa yang maksimal.
Edyes sudah merasa cukup dan menemukan jawaban atas pencarian senjata kerjanya untuk dibawa ke negeri Multi Medya. Kini saatnya Edyes, menjatuhkan pilihan dengan membeli dan membawa pulang ASUS VivoBook Pro F570. Saat menerima laptop pertamanya, Edyes turut diberikan sebuah kartu hologram. Kartu tersebut bermanfaat ketika di tempelkan di gerbang masuk negeri Laptop. Begitu mengucapkan terima kasih, Edyes lalu meninggalkan tempat menuju gerbang keluar-masuk negeri Laptop. Sesampai di gerbang Edyes langsung menempelkan kartunya pada slot yang tersedia, begitu kartu ditempelkan, halaman billboard menyala dan menampilkan beberapa informasi. Ternyata kartu hologram tersebut berisi informasi spesifikasi ASUS VivoBook Pro F570.
Selain dapat kartu hologram, Edyes juga mendapatkan kupon untuk dibagikan dan diinformasikan kepada penduduk desa Gawai. Kalau ada penduduk desa Gawai yang ingin membeli ASUS VivoBook Pro F570 Ryzen 7, tersedia ekslusif di JD.ID. melalui mobile site disini, dan jika ingin melalui desktop site bisa kesini.
Edyes menulis kembali spesifikasi lengkap ASUS VivoBook Pro F570, alasan paling jelas supaya dia bisa ingat dengan kemampuan laptopnya. Karena di desa Gawai tidak ada papan informasi yang bisa membaca kartu hologram secanggih ini. Begitu selesai, Edyes kembali ke bukit dan bersiap-siap untuk kembali ke desa Gawai. Selesai beres-beres hari hampir malam, Edyes memutuskan untuk tinggall dulu malam ini di negeri Laptop. Ia juga ingin menikmati pemandangan negeri Laptop yang indah kala malam hari untuk terakhir kalinya.
Malamnya Edyes berkeliling negeri Laptop dengan Pegasusnya. Ada perbedaan malam ini dengan malam-malam sebelumnya di negeri Laptop. Ada beberapa laptop dalam kondisi masih terang, ada yang redup bahkan sebagian lainnya sudah mati. Sehingga ada beberapa titik kegelapan di negeri Laptop. Penasaran dengan laptopnya, Edyes memandu Pegasusnya terbang ke arah ASUS VivoBook Pro F570. Kondisinya masih dalam keadaan menyala dengan baik. Ternyata baterai beberapa laptop yang lain sudah lemah dan habis. Hari ini adalah hari terakhir semua laptop beroperasi di negeri Laptop. Hari besok semua laptop akan mati kembali untuk kemudian di isi ulang daya seharian penuh. Meski begitu, sepertinya baterai ASUS VivoBook Pro F570 masih akan bertahan hingga dini hari.
Paginya Edyes pulang dengan hati riang gembira. Bagaimana tidak, sekarang ia sudah memiliki sebuah laptop dengan perpaduan antara CPU AMD Ryzen 5 atau 7 dan GPU Nvidia GeForce GTX 1050 yang akan mengerti, akan membantu dan sesuai dengan kebutuhan pekerjaannya. Ia ingin berkontribusi pada negeri Multi Medya, negeri impiannya selama ini. Sekarang semuanya bukan impian lagi, harapan telah berubah menjadi kesempatan.
Sebelum benar-benar pulang ke desa Gawai, Edyes ingin mengembalikan Pegasus dan mengucapkan terima kasih kepada nenek yang sudah membantunya sejauh ini. Ketika Edyes datang, nenek malah siap-siap akan pergi. Ada seorang laki-laki dewasa yang membawa nenek tersebut, kemungkinan anak laki-lakinya. Nenek, sambil tersenyum tulus menyerahkan kembali Pegasus kepada Edyes. Nenek tak ingin lagi Edyes berjalan kaki kesana kemari, apalagi sebentar lagi Edyes akan bekerja di negeri Multi Medya yang lumayan jauh dari rumahnya. Spontan, Edyes memeluk nenek dan mengucapkan terimakasih yang kesekian kalinya. Setelahnya Edyes mohon doa, dan mendoakan nenek, lalu pamit pulang.
Spesifikasi ASUS VivoBook Pro F570 ditulis berdasarkan informasi dari review guide, Blogger Borneo dan situs ASUS, jika ada kalimat yang terlalu berlebih-lebihan, hanya menyesuaikan dengan cerita
Nggak habis pikir aku dengan jalan ceritamu...
BalasHapusSelalu memberikan innovasi yang diluar ekspektasiku..
Out of the box lah kalau kata orang... Terus berkarya ya mas theo!
Hahahaha
HapusMakasih Mas Adhi, saya mah orangnya suka bosenan
jadi merasa butuh sesuatu yang baru ajha
Siap Mas Adhi, Begitu juga ya
sebaliknya.